KESEHATAN,KESAKITAN DAN PERILAKU KESEHATAN
KESEHATAN,KESAKITAN DAN PERILAKU KESEHATANA.PENGERTIAN
KESEHATANKesehatan adalah salah satu konsep yang telah sering
digunakan namun sukar dijelaskan artinya. Factor yang berbeda menyebabkan
sukarnya mendefinisikan kesehatan, kesakitan dan penyakit. Meskipun begitu,
kebanyakan sumber ilmiah setuju bahwa definisi kesehatan apapun harus
mengandung paling tidak komponen biomedis, personal dan sosiokultural.Definisi menurut Winslow ( 1920 ) : Kesehatan masyarakat
adalah ilmu dan seni ( kiat ) mencegah penyakit, memperpanjang usia,
meningkatkan kesehatan fisik dan mental serta efisiensi, melalui upaya
masyarakat yang terorganisir, guna :
1)Menyehatkan lingkungan,
2)Pemberantasan penyakit infeksi
4)Pengorganisasian pelayanan medis dan perawatan Guna ditegakkannya diagnosa
dini dan tindakan pencegahan serta pengembangan sistem sosial yang akan
menjamin bahwa setiap individu dalam masyarakat akan mendapatkan standar hidup
yang layak untuk memelihara kesehatannya.Pengertian
Kesehatan menurut wikipedia adalah keadaan sejahtera dari badan,
jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial
dan ekonomis. Sedangkan Pengertian
Kesehatan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1948
menyebutkan bahwa pengertian kesehatan adalah sebagai “suatu keadaan
fisik, mental, dan sosial kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau
kelemahan”Pada tahun 1986, WHO,
dalam Piagam Ottawa untuk Promosi Kesehatan, mengatakan bahwa pengertian
kesehatan adalah
“sumber daya bagi kehidupan sehari-hari, bukan tujuan hidup Kesehatan adalah
konsep positif menekankan sumber daya sosial dan pribadi, serta kemampuan
fisik. Pengertian Kesehatan Menurut
Undang-UndangDalam
Undang-Undang ini yang pengertian kesehatan adalah:·
Kesehatan adalah
keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang
hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
·
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau
masyarakat.
·
Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang
mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau
keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
·
Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.
·
Kesehatan adalah sesuatu yang sangat
berguna
Pemeliharaan
kesehatan adalah upaya penaggulangan dan pencegahan
gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan
termasuk kehamilan dan persalinan.
Pendidikan
kesehatan adalah proses membantu sesorang, dengan bertindak
secara sendiri-sendiri ataupun secara kolektif, untuk membuat keputusan
berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang memengaruhi kesehatan pribadinya
dan orang lain.Definisi yang bahkan lebih sederhana diajukan oleh Larry Green dan
para koleganya yang menulis bahwa pendidikan
kesehatan adalah kombinasi pengalaman belajar yang
dirancang untuk mempermudahadaptasi sukarela terhadap perilaku yang kondusif
bagi kesehatan.
Data
terakhir menunjukkan bahwa saat ini lebih dari 80 persen rakyat Indonesia tidak
mampu mendapatjaminan kesehatan dari lembaga atau perusahaan di bidang
pemeliharaan kesehatan, seperti Akses, Taspen, dan Jamsostek.Golongan
masyarakat yang dianggap ‘teranaktirikan’ dalam hal jaminan kesehatan adalah
mereka dari golongan masyarakat kecil dan pedagang. Dalam pelayanan kesehatan,
masalah ini menjadi lebih pelik, berhubung dalam manajemen pelayanan
kesehatan tidak saja terkait beberapa kelompok manusia, tetapi juga sifat yang
khusus dari pelayanan kesehatan itu sendiri
Aspek-Aspek
KesehatanPada dasarnya
kesehatan itu meliputi empat aspek, antara lain :a) Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang
tidak merasa dan mengeluh sakit atau tidak adanya keluhan dan memang secara
objektif tidak tampak sakit. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak
mengalami gangguan.
b) Kesehatan
mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni pikiran, emosional,
dan spiritual.
·
Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan
pikiran.
·
Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk
mengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira, kuatir, sedih dan
sebagainya.
·
Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam
mengekspresikan rasa syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap
sesuatu di luar alam fana ini, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa. Misalnya sehat
spiritual dapat dilihat dari praktik keagamaan seseorang. Dengan perkataan
lain, sehat spiritual adalah keadaan dimana seseorang menjalankan ibadah dan
semua aturan-aturan agama yang dianutnya.
c) Kesehatan
sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang
lain atau kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku, agama atau kepercayan,
status sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya, serta saling toleran dan
menghargai.
d) Kesehatan dari
aspek ekonomi terlihat bila seseorang (dewasa) produktif, dalam arti mempunyai
kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong terhadap hidupnya
sendiri atau keluarganya secara finansial.
Bagi
mereka yang belum dewasa (siswa atau mahasiswa) dan usia lanjut (pensiunan),
dengan sendirinya batasan ini tidak berlaku. Oleh sebab itu, bagi kelompok
tersebut, yang berlaku adalah produktif secara sosial, yakni mempunyai kegiatan
yang berguna bagi kehidupan mereka nanti, misalnya berprestasi bagi siswa atau
mahasiswa, dan kegiatan sosial, keagamaan, atau pelayanan kemasyarakatan
lainnya bagi usia lanjut.Tujuan Kesehatan Dalam Segala
AspekSalah
satu tujuan
nasional adalah memajukan kesejahteraan bangsa, yang
berarti memenuhi kebutuhan dasar manusia, yaitu pangan, sandang, pangan,
pendidikan, kesehatan, lapangan kerja dan ketenteraman hidup. Tujuan pembangunan kesehatan adalah
tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk, jadi tanggung
jawab untuk terwujudnya derajat kesehatan yang optimal berada di tangan seluruh
masyarakat Indonesia, pemerintah dan swasta bersama-sama.
Tujuan dan Ruang Lingkup
Kesehatan LingkunganTujuan
dan ruang lingkup kesehatan lingkungan dapat dibagi menjadi dua, secara umum dan secara
khusus. Tujuan
dan ruang lingkup kesehatan lingkungan secara umum, antara lain:
·
Melakukan
koreksi atau perbaikan terhadap segala bahaya dan ancaman pada kesehatan dan
kesejahteraan hidup manusia.
·
Melakukan
usaha pencegahan dengan cara mengatur sumber-sumber lingkungan dalam upaya
meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan hidup manusia.
·
Melakukan
kerja sama dan menerapkan program terpadu di antara masyarakat dan institusi
pemerintah serta lembaga nonpemerintah dalam menghadapi bencana alam atau wabah
penyakit menular.
Adapun tujuan dan ruang lingkup
kesehatan lingkungan secara khusus meliputi usaha-usaha perbaikan atau pengendalian terhadap
lingkungan hidup manusia, yang di antaranya berupa:
·
Menyediakan
air bersih yang cukup dan memenuhi persyaratan kesehatan.
·
Makanan
dan minuman yang diproduksi dalam skala besar dan dikonsumsi secara luas oleh
masyarakat.
·
Pencemaran
udara akibat sisa pembakaran BBM, batubara, kebakaran hutan, dan gas beracun
yang berbahaya bagi kesehatan dan makhluk hidup lain dan menjadi penyebab
terjadinya perubahan ekosistem.
·
Limbah
cair dan padat yang berasal dari rumah tangga, pertanian, peternakan, industri,
rumah sakit, dan lain-lain.
·
Kontrol
terhadap arthropoda dan rodent yang menjadi vektor penyakit dan cara memutuskan
rantai penularan penyakitnya.
·
Perumahan
dan bangunan yang layak huni dan memenuhi syarat kesehatan.
·
Kebisingan,
radiasi, dan kesehatan kerja.
·
Survei
sanitasi untuk perencanaan, pemantauan, dan evaluasi program kesehatan
lingkungan
Tujuan Pembangunan KesehatanUntuk jangka panjang pembangunan bidang kesehatan diarahkan untuk tercapainya tujuan utama sebagai
berikut:
·
Peningkatan
kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan.
·
Perbaikan
mutu lingkungan hidup yang dapat menjamin kesehatan.
·
Peningkatan
status gizi masyarakat.
·
Pengurangan
kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas).
·
Pengembangan
keluarga sehat sejahtera, dengan makin diterimanya norma keluarga kecil yang
bahagia dan sejahtera.
Dasar-Dasar Pembangunan
KesehatanDasar-dasar
pembangunan nasional di bidang kesehatan adalah sebagai berikut:
·
Semua
warga negara berhak memperoleh derajat kesehatan yang optimal agar dapat
bekerja dan hidup layak sesuai dengan martabat manusia.
·
Pemerintah
dan masyarakat bertanggung jawab dalam memelihara dan mempertinggi derajat
kesehatan rakyat.
·
Penyelenggaraan
upaya kesehatan diatur oleh pemerintah dan dilakukan secara serasi dan seimbang
oleh pemerintah dan masyarakat.
B.PENYAKIT-KESAKITANTanpa pemahaman tentang
berbagai konsep penyakit, kita tidak mampu mempunyai dasar pemikiran yang kuat
untuk mendeteksi serta mengenal setiap perbedaan yang ditemukan pada pelayanan
kesehatan pada masa kini. Kesenjangan antara konsep penyakit yang dianut oleh
petugas kesehatan dan yang dianut oleh masyarakat sering menyebabkan gagalnya
upaya meningkatkan kesehatan di masyarakat.Penyakit (disease) dan kesakitan (illness),meskipun sangat berkaitan satu
sama lainnya namun mencerminkan suatu perbedaan yang fundamental dan
konsepsional tentang periode sakit. Menurut
cassell” kesakitan adalah apa yang dirasakan pasien saat dia pergi ke
dokter,sedangkan penyakit apa yang didapatkannya sepulang dari dokter”. (HELMAN
1990) Berikut ini
adalah pengertian dan definisi penyakit:# KATHLEEN MEEHAN ARIASPenyakit adalah suatu
kesakitan yang biasanya memiliki sedikitnya dua sifat dari kriteria ini: agen
atiologik telah diketahui, kelompok tanda serta gejala yang dapat
diidentifikasi, atau perubahan anatomi yang konsisten# DR. BEATE JACOBPenyakit adalah suatu
penyimpangan dari keadaan tubuh yang normal atau ketidakharmonisan jiwa # WAHYUDIN RAJAB, M.
EpidPenyakit adalah keadaan
yang bersifat objektif dan rasa sakit bersifat subjektif # DR. EKO
DUDIARTOPenyakit adalah Kegagalan
mekanisme adaptasi suatu organisme untuk bereaksi secara tepat terhadap
rangsangan atau tekanan sehingga timbul gangguan pada fungsi atau struktur
organ atau sistem tubuh # THOMAS TIMMRECKPenyakit adalah suatu
keadaan dimana terdapat gangguan terhadap bentuk dan fungsi tubuh sehingga
berada dalam keadaan tidak normal. # ELIZABETH J. CROWNPenyakit ialah perihal
kehadiran seperangkat respons tubuh yang abnormal terhadap agen, dimana manusia
mempunyai toleransi sedikit atau tidak samasekali # GEORGE PICKETT &
JOHN J. HANLONPenyakit adalah fungsi
dari kekuatan agens penyebab dan daya tahan tubuh manusia # AZIZAN HAJI
BAHARUDDINPenyakit ialah keadaan
yang diakibatkan oleh kerusakan keseimbangan fungsi tubuh dan bagian
badan # MUNADJAD ISKANDARPenyakit adalah suatu
proses alami yang harus kita hadapi, bukan untuk kita musuhiPenyakit adalah sesuatu
yang dimiliki suatu organ sedangkan illness adalah sesuatu yang dimiliki
seseorang.Kesakitan adalah respon
subyektif dari pasien serta respon disekitarnya terhadap keadaan tidak
sehat.tidak hanya memasukkan pengalan tidak sehatnya saja,tapi juga arti
pengalaman tersebut bagi dia (HELMAN
1990).Justru arti
inilah menentukan bahwa penyakit atau gejala yang sama, bisa ditafsirkan secara
sangat berbeda oleh dua pasien yang berasal dari budaya yang berbeda. Hal ini
juga akan mempengaruhi perilaku mereka selanjutnya serta jenis perawatan yang
dicari. C.PRILAKU KESEHATAN Definisi
tersebut tidak hanya meliputi tindakan yang dapat secara langsung diamati dan
jelas tetapi juga kejadian mental dan keadaan perasaan yang diteliti dan diukur
secara tidak langsung. Sebagai tambahan, definisi komprehensif Gochman
merangkum beberapa definisi dan atau klasifikasi perilaku kesehatan yang lain.
Di Indonesia istilah “perilaku kesehatan” sudah lama dikenal dalam 15 tahun
akhir-akhir ini konsep-konsep di bidang perilaku yang berkaitan dengan
kesehatan ini sedang berkembang dengan pesatnya. Khususnya, di bidang antropogi
medis dan kesehatan masyarakat. Haruslah dicatat bahwa istilah perilaku
kesehatan dapat menimbulkan beberapa kesimpangsiuran. Istilah ini dapat
memberikan pengertian bahwa kami hanya berbicara mengenai perilaku yang secara
sengaja dilakukan dalam kaitannya dengan kesehatan. Kenyataannya banyak sekali
perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, bahkan seandainya seseorang tidak
mengetahuinya atau melakukannya dengan alas an yang sama sekali berbeda.
Sebagai contoh, seseorang mungkin melakukan olahraga hanya untuk mengadakan
hubungan social, bukan untuk menjaga kesehatan. Atau gosok gigi karena
kebiasaan bukan karena alasan kesehatan. perilaku kesehatan (Menurut Skinner) adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang
berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayana kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan. perilaku kesehatan mencakup :
- perilaku
seseorang terhadap sakit dan penyakit
baik pasif maupun aktif, sesuai dengan tingkat-tingkat pencegahan penyakit
- Health
Promotion Behavior
Peningkatan
& pemeliharaan kesehatan misalnya Olah
raga, diet, makan bergizi
b. Health Preventive Behavior Mencegah
penyakit misalnya Imunisasi, penyemprotan nyamuk c. Health Seeking Behavior Mencari pengobatan misalnya ke dokter, ke dukund. Health Rehabilitation Behavior Pemulihan kesehatan
misalnya diet, mematuhi anjuran dokter
2. perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan (modern/tradisional) meliputi
respon terhadap pelayanan, petugas kesehatan, obat 3. perilaku terhadap
makanan (nutrition behavior) Respon terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan
4. perilaku terhadap
lingkungan kesehatan sespon
terhadap lingkungan sebagai
determinan kesehatan, mencakup:
perilaku sehubungan dengan air bersih
perilaku sehubungan dengan limbah
perilaku sehubungan dengan rumah sehat
D.STATUS KESEHATAN
Status kesehatan adalah keadaan kesehatan pada waktu tertentu. Karena
itu, status kesehatan tidak sama dengan perilaku kesehatan. Bagaimanapun,
menurut Cochman, persepsi seseorang terhadap status atau persepsi peningkatan,
kesembuhan atau perubahan lain pada status kesehatan adalah perilaku
kesehatan.
E.FAKTOR RESIKO DAN FAKTOR
PROTEKTIF
Faktor Resiko Dalam bidang kesehatan, konsep factor resiko (dan perilaku
beresiko, kelompok beresiko) merupakan konsep kunci dalam penelitian,
peningkatan teori serta pencegahan dan promosi kesehatan. Dulu, penggunaan
konsep resiko merupakan biomedis yang memantulkan perhatian akan hasil yang
merugikan yang berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas. Sebagai contoh,
hipertensi dan kolesterol berserum tinggi merupakan factor resiko bagi penyakit
kardiovaskuler. Akhir-akhir ini pencarian epidemiologi terhadap factor resiko
penyakit dan kesakitan, khususnya bagi penyakit kronis, telah berkembang
menjadi dua bidang baru lingkungan social dan perilaku. Komponen perilaku dapat
dilihat dalam dua aspek perkembangan penyakit. Pertama, perilaku mempengaruhi
factor resiko penyakit tertentu. Factor resiko adalah cirri-ciri kelompok
individu yang menunjuk mereka sebagai at high risk terhadap penyakit tertentu.
Sebagai contohnya, kelompok orang yang makan makanan dengan asam lemak yang
tinggi biasanya meningkatkan derajat kolesterol serum, factor resiko bagi
penyakit jantung koroner. Kedua, perilaku itu sendiri dapat berupa factor
resiko utama baik bagi penyakit jantung koroner maupun kanker paru karena
kemungkinan mendapatkan penyakit ini lebih besar pada perokok daripada orang
yang tidak merokok. Tinjauan pustaka menyangkal bahwa ada konsesus mengenai
beberapa perilaku beresiko yang menyolok. Kokeny menyebutkan diet, kegiatan fisik,
merokok dan penyalahgunaan minuman keras dan obat-obatan, resiko lingkungan
manusia dan resiko lingkungan. Psychosomatic medicine mulai memfokuskan diri
pada pendekatan-pendekatan dan teori-teori baru yang menyangkut hubungan antara
factor psikologis dan social, fungsi biologis dan psikologis, dan perkembangan
masalah penyakit. Definisi ini secara jelas memantulkan adanya kesadaran akan
pentingnya peran aspek-aspek psikologis dan perilaku di dalam perawatan
kesehatan, sebaik kebutuhan suatu disiplin yang mengintegrasikan riset dan
praktek perilaku di dalam perawatan medis. Walaupun paradigma dasarnya adalah
model medis, keistimewaan relevansi disiplin ini ada karakter
interdisiplinernya. Behavioral medicine, yang menghadapi kesehatan, kesakitan
dan disfungsinya yang berkaitan, bersandar pada kontribusi macam-macam disiplin
seperti psikologi, sosiologi, epidemiologi, neuroanatomi, imunologi, nursing,
pekerja social dan banyak lagi yang lain. Topic-topik behavioral medicine
adalah mekanisme penyakit (seperti : peran stress atau tipe A pada penyakit
kardiovaskuler, kesabaran para pengambil keputusan, ketaatan, efektivitas
pendidikan kesehatan, efektifitas modifikasi perilaku yang kurang sehat,
efektifitas pengurangan secara langsung illness (asma, hipertensi, sakit
kepala, dll) dan perilaku kesakitan/ illness behavior pada tingkat individu dan
kelompok. Bagaimanapun, Gochan menentang bahwa behavior medicine menghadapi
ketegangan, stress atau kecemasan dan penyimpangan non fisik lain yang
mempunyai kaitan sangat penting dengan keseluruhan kesejahteraan individu,
hanya kalau hal tersebut berkaitan dengan gangguan fisik yang khusus. Penting
untuk dicatat adalah bahwa behavioral medicine akhir-akhir ini tidak hanya
menekankan integrasi dari ilmu perilaku (behaviorism dan teori belajar yang
murni, contohnya bio-feedback) dan ilmu biomedis dalam usaha – usaha perawatan
kesehatan. Perubahan konsep kesehatan, evolusi dalam perawatan kesehatan dan
evolusi lainnya, mengakibatkan penerapan psikologi yang baru dalam perawatan
kesehatan dan masyarakat yang berikutnya :
Status kesehatan adalah keadaan kesehatan pada waktu tertentu. Karena
itu, status kesehatan tidak sama dengan perilaku kesehatan. Bagaimanapun,
menurut Cochman, persepsi seseorang terhadap status atau persepsi peningkatan,
kesembuhan atau perubahan lain pada status kesehatan adalah perilaku
kesehatan.
E.FAKTOR RESIKO DAN FAKTOR
PROTEKTIF
Faktor Resiko Dalam bidang kesehatan, konsep factor resiko (dan perilaku
beresiko, kelompok beresiko) merupakan konsep kunci dalam penelitian,
peningkatan teori serta pencegahan dan promosi kesehatan. Dulu, penggunaan
konsep resiko merupakan biomedis yang memantulkan perhatian akan hasil yang
merugikan yang berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas. Sebagai contoh,
hipertensi dan kolesterol berserum tinggi merupakan factor resiko bagi penyakit
kardiovaskuler. Akhir-akhir ini pencarian epidemiologi terhadap factor resiko
penyakit dan kesakitan, khususnya bagi penyakit kronis, telah berkembang
menjadi dua bidang baru lingkungan social dan perilaku. Komponen perilaku dapat
dilihat dalam dua aspek perkembangan penyakit. Pertama, perilaku mempengaruhi
factor resiko penyakit tertentu. Factor resiko adalah cirri-ciri kelompok
individu yang menunjuk mereka sebagai at high risk terhadap penyakit tertentu.
Sebagai contohnya, kelompok orang yang makan makanan dengan asam lemak yang
tinggi biasanya meningkatkan derajat kolesterol serum, factor resiko bagi
penyakit jantung koroner. Kedua, perilaku itu sendiri dapat berupa factor
resiko utama baik bagi penyakit jantung koroner maupun kanker paru karena
kemungkinan mendapatkan penyakit ini lebih besar pada perokok daripada orang
yang tidak merokok. Tinjauan pustaka menyangkal bahwa ada konsesus mengenai
beberapa perilaku beresiko yang menyolok. Kokeny menyebutkan diet, kegiatan fisik,
merokok dan penyalahgunaan minuman keras dan obat-obatan, resiko lingkungan
manusia dan resiko lingkungan. Psychosomatic medicine mulai memfokuskan diri
pada pendekatan-pendekatan dan teori-teori baru yang menyangkut hubungan antara
factor psikologis dan social, fungsi biologis dan psikologis, dan perkembangan
masalah penyakit. Definisi ini secara jelas memantulkan adanya kesadaran akan
pentingnya peran aspek-aspek psikologis dan perilaku di dalam perawatan
kesehatan, sebaik kebutuhan suatu disiplin yang mengintegrasikan riset dan
praktek perilaku di dalam perawatan medis. Walaupun paradigma dasarnya adalah
model medis, keistimewaan relevansi disiplin ini ada karakter
interdisiplinernya. Behavioral medicine, yang menghadapi kesehatan, kesakitan
dan disfungsinya yang berkaitan, bersandar pada kontribusi macam-macam disiplin
seperti psikologi, sosiologi, epidemiologi, neuroanatomi, imunologi, nursing,
pekerja social dan banyak lagi yang lain. Topic-topik behavioral medicine
adalah mekanisme penyakit (seperti : peran stress atau tipe A pada penyakit
kardiovaskuler, kesabaran para pengambil keputusan, ketaatan, efektivitas
pendidikan kesehatan, efektifitas modifikasi perilaku yang kurang sehat,
efektifitas pengurangan secara langsung illness (asma, hipertensi, sakit
kepala, dll) dan perilaku kesakitan/ illness behavior pada tingkat individu dan
kelompok. Bagaimanapun, Gochan menentang bahwa behavior medicine menghadapi
ketegangan, stress atau kecemasan dan penyimpangan non fisik lain yang
mempunyai kaitan sangat penting dengan keseluruhan kesejahteraan individu,
hanya kalau hal tersebut berkaitan dengan gangguan fisik yang khusus. Penting
untuk dicatat adalah bahwa behavioral medicine akhir-akhir ini tidak hanya
menekankan integrasi dari ilmu perilaku (behaviorism dan teori belajar yang
murni, contohnya bio-feedback) dan ilmu biomedis dalam usaha – usaha perawatan
kesehatan. Perubahan konsep kesehatan, evolusi dalam perawatan kesehatan dan
evolusi lainnya, mengakibatkan penerapan psikologi yang baru dalam perawatan
kesehatan dan masyarakat yang berikutnya :Status kesehatan adalah keadaan kesehatan pada waktu tertentu. Karena
itu, status kesehatan tidak sama dengan perilaku kesehatan. Bagaimanapun,
menurut Cochman, persepsi seseorang terhadap status atau persepsi peningkatan,
kesembuhan atau perubahan lain pada status kesehatan adalah perilaku
kesehatan.
E.FAKTOR RESIKO DAN FAKTOR
PROTEKTIF Faktor Resiko Dalam bidang kesehatan, konsep factor resiko (dan perilaku
beresiko, kelompok beresiko) merupakan konsep kunci dalam penelitian,
peningkatan teori serta pencegahan dan promosi kesehatan. Dulu, penggunaan
konsep resiko merupakan biomedis yang memantulkan perhatian akan hasil yang
merugikan yang berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas. Sebagai contoh,
hipertensi dan kolesterol berserum tinggi merupakan factor resiko bagi penyakit
kardiovaskuler. Akhir-akhir ini pencarian epidemiologi terhadap factor resiko
penyakit dan kesakitan, khususnya bagi penyakit kronis, telah berkembang
menjadi dua bidang baru lingkungan social dan perilaku. Komponen perilaku dapat
dilihat dalam dua aspek perkembangan penyakit. Pertama, perilaku mempengaruhi
factor resiko penyakit tertentu. Factor resiko adalah cirri-ciri kelompok
individu yang menunjuk mereka sebagai at high risk terhadap penyakit tertentu.
Sebagai contohnya, kelompok orang yang makan makanan dengan asam lemak yang
tinggi biasanya meningkatkan derajat kolesterol serum, factor resiko bagi
penyakit jantung koroner. Kedua, perilaku itu sendiri dapat berupa factor
resiko utama baik bagi penyakit jantung koroner maupun kanker paru karena
kemungkinan mendapatkan penyakit ini lebih besar pada perokok daripada orang
yang tidak merokok. Tinjauan pustaka menyangkal bahwa ada konsesus mengenai
beberapa perilaku beresiko yang menyolok. Kokeny menyebutkan diet, kegiatan fisik,
merokok dan penyalahgunaan minuman keras dan obat-obatan, resiko lingkungan
manusia dan resiko lingkungan. Psychosomatic medicine mulai memfokuskan diri
pada pendekatan-pendekatan dan teori-teori baru yang menyangkut hubungan antara
factor psikologis dan social, fungsi biologis dan psikologis, dan perkembangan
masalah penyakit. Definisi ini secara jelas memantulkan adanya kesadaran akan
pentingnya peran aspek-aspek psikologis dan perilaku di dalam perawatan
kesehatan, sebaik kebutuhan suatu disiplin yang mengintegrasikan riset dan
praktek perilaku di dalam perawatan medis. Walaupun paradigma dasarnya adalah
model medis, keistimewaan relevansi disiplin ini ada karakter
interdisiplinernya. Behavioral medicine, yang menghadapi kesehatan, kesakitan
dan disfungsinya yang berkaitan, bersandar pada kontribusi macam-macam disiplin
seperti psikologi, sosiologi, epidemiologi, neuroanatomi, imunologi, nursing,
pekerja social dan banyak lagi yang lain. Topic-topik behavioral medicine
adalah mekanisme penyakit (seperti : peran stress atau tipe A pada penyakit
kardiovaskuler, kesabaran para pengambil keputusan, ketaatan, efektivitas
pendidikan kesehatan, efektifitas modifikasi perilaku yang kurang sehat,
efektifitas pengurangan secara langsung illness (asma, hipertensi, sakit
kepala, dll) dan perilaku kesakitan/ illness behavior pada tingkat individu dan
kelompok. Bagaimanapun, Gochan menentang bahwa behavior medicine menghadapi
ketegangan, stress atau kecemasan dan penyimpangan non fisik lain yang
mempunyai kaitan sangat penting dengan keseluruhan kesejahteraan individu,
hanya kalau hal tersebut berkaitan dengan gangguan fisik yang khusus. Penting
untuk dicatat adalah bahwa behavioral medicine akhir-akhir ini tidak hanya
menekankan integrasi dari ilmu perilaku (behaviorism dan teori belajar yang
murni, contohnya bio-feedback) dan ilmu biomedis dalam usaha – usaha perawatan
kesehatan. Perubahan konsep kesehatan, evolusi dalam perawatan kesehatan dan
evolusi lainnya, mengakibatkan penerapan psikologi yang baru dalam perawatan
kesehatan dan masyarakat yang berikutnya :Status kesehatan adalah keadaan kesehatan pada waktu tertentu. Karena
itu, status kesehatan tidak sama dengan perilaku kesehatan. Bagaimanapun,
menurut Cochman, persepsi seseorang terhadap status atau persepsi peningkatan,
kesembuhan atau perubahan lain pada status kesehatan adalah perilaku
kesehatan. E.FAKTOR RESIKO DAN FAKTOR
PROTEKTIF Faktor Resiko Dalam bidang kesehatan, konsep factor resiko (dan perilaku
beresiko, kelompok beresiko) merupakan konsep kunci dalam penelitian,
peningkatan teori serta pencegahan dan promosi kesehatan. Dulu, penggunaan
konsep resiko merupakan biomedis yang memantulkan perhatian akan hasil yang
merugikan yang berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas. Sebagai contoh,
hipertensi dan kolesterol berserum tinggi merupakan factor resiko bagi penyakit
kardiovaskuler. Akhir-akhir ini pencarian epidemiologi terhadap factor resiko
penyakit dan kesakitan, khususnya bagi penyakit kronis, telah berkembang
menjadi dua bidang baru lingkungan social dan perilaku. Komponen perilaku dapat
dilihat dalam dua aspek perkembangan penyakit. Pertama, perilaku mempengaruhi
factor resiko penyakit tertentu. Factor resiko adalah cirri-ciri kelompok
individu yang menunjuk mereka sebagai at high risk terhadap penyakit tertentu.
Sebagai contohnya, kelompok orang yang makan makanan dengan asam lemak yang
tinggi biasanya meningkatkan derajat kolesterol serum, factor resiko bagi
penyakit jantung koroner. Kedua, perilaku itu sendiri dapat berupa factor
resiko utama baik bagi penyakit jantung koroner maupun kanker paru karena
kemungkinan mendapatkan penyakit ini lebih besar pada perokok daripada orang
yang tidak merokok. Tinjauan pustaka menyangkal bahwa ada konsesus mengenai
beberapa perilaku beresiko yang menyolok. Kokeny menyebutkan diet, kegiatan fisik,
merokok dan penyalahgunaan minuman keras dan obat-obatan, resiko lingkungan
manusia dan resiko lingkungan. Psychosomatic medicine mulai memfokuskan diri
pada pendekatan-pendekatan dan teori-teori baru yang menyangkut hubungan antara
factor psikologis dan social, fungsi biologis dan psikologis, dan perkembangan
masalah penyakit. Definisi ini secara jelas memantulkan adanya kesadaran akan
pentingnya peran aspek-aspek psikologis dan perilaku di dalam perawatan
kesehatan, sebaik kebutuhan suatu disiplin yang mengintegrasikan riset dan
praktek perilaku di dalam perawatan medis. Walaupun paradigma dasarnya adalah
model medis, keistimewaan relevansi disiplin ini ada karakter
interdisiplinernya. Behavioral medicine, yang menghadapi kesehatan, kesakitan
dan disfungsinya yang berkaitan, bersandar pada kontribusi macam-macam disiplin
seperti psikologi, sosiologi, epidemiologi, neuroanatomi, imunologi, nursing,
pekerja social dan banyak lagi yang lain. Topic-topik behavioral medicine
adalah mekanisme penyakit (seperti : peran stress atau tipe A pada penyakit
kardiovaskuler, kesabaran para pengambil keputusan, ketaatan, efektivitas
pendidikan kesehatan, efektifitas modifikasi perilaku yang kurang sehat,
efektifitas pengurangan secara langsung illness (asma, hipertensi, sakit
kepala, dll) dan perilaku kesakitan/ illness behavior pada tingkat individu dan
kelompok. Bagaimanapun, Gochan menentang bahwa behavior medicine menghadapi
ketegangan, stress atau kecemasan dan penyimpangan non fisik lain yang
mempunyai kaitan sangat penting dengan keseluruhan kesejahteraan individu,
hanya kalau hal tersebut berkaitan dengan gangguan fisik yang khusus. Penting
untuk dicatat adalah bahwa behavioral medicine akhir-akhir ini tidak hanya
menekankan integrasi dari ilmu perilaku (behaviorism dan teori belajar yang
murni, contohnya bio-feedback) dan ilmu biomedis dalam usaha – usaha perawatan
kesehatan. Perubahan konsep kesehatan, evolusi dalam perawatan kesehatan dan
evolusi lainnya, mengakibatkan penerapan psikologi yang baru dalam perawatan
kesehatan dan masyarakat yang berikutnya :Status kesehatan adalah keadaan kesehatan pada waktu tertentu. Karena
itu, status kesehatan tidak sama dengan perilaku kesehatan. Bagaimanapun,
menurut Cochman, persepsi seseorang terhadap status atau persepsi peningkatan,
kesembuhan atau perubahan lain pada status kesehatan adalah perilaku
kesehatan. E.FAKTOR RESIKO DAN FAKTOR
PROTEKTIF Faktor Resiko Dalam bidang kesehatan, konsep factor resiko (dan perilaku
beresiko, kelompok beresiko) merupakan konsep kunci dalam penelitian,
peningkatan teori serta pencegahan dan promosi kesehatan. Dulu, penggunaan
konsep resiko merupakan biomedis yang memantulkan perhatian akan hasil yang
merugikan yang berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas. Sebagai contoh,
hipertensi dan kolesterol berserum tinggi merupakan factor resiko bagi penyakit
kardiovaskuler. Akhir-akhir ini pencarian epidemiologi terhadap factor resiko
penyakit dan kesakitan, khususnya bagi penyakit kronis, telah berkembang
menjadi dua bidang baru lingkungan social dan perilaku. Komponen perilaku dapat
dilihat dalam dua aspek perkembangan penyakit. Pertama, perilaku mempengaruhi
factor resiko penyakit tertentu. Factor resiko adalah cirri-ciri kelompok
individu yang menunjuk mereka sebagai at high risk terhadap penyakit tertentu.
Sebagai contohnya, kelompok orang yang makan makanan dengan asam lemak yang
tinggi biasanya meningkatkan derajat kolesterol serum, factor resiko bagi
penyakit jantung koroner. Kedua, perilaku itu sendiri dapat berupa factor
resiko utama baik bagi penyakit jantung koroner maupun kanker paru karena
kemungkinan mendapatkan penyakit ini lebih besar pada perokok daripada orang
yang tidak merokok. Tinjauan pustaka menyangkal bahwa ada konsesus mengenai
beberapa perilaku beresiko yang menyolok. Kokeny menyebutkan diet, kegiatan fisik,
merokok dan penyalahgunaan minuman keras dan obat-obatan, resiko lingkungan
manusia dan resiko lingkungan. Psychosomatic medicine mulai memfokuskan diri
pada pendekatan-pendekatan dan teori-teori baru yang menyangkut hubungan antara
factor psikologis dan social, fungsi biologis dan psikologis, dan perkembangan
masalah penyakit. Definisi ini secara jelas memantulkan adanya kesadaran akan
pentingnya peran aspek-aspek psikologis dan perilaku di dalam perawatan
kesehatan, sebaik kebutuhan suatu disiplin yang mengintegrasikan riset dan
praktek perilaku di dalam perawatan medis. Walaupun paradigma dasarnya adalah
model medis, keistimewaan relevansi disiplin ini ada karakter
interdisiplinernya. Behavioral medicine, yang menghadapi kesehatan, kesakitan
dan disfungsinya yang berkaitan, bersandar pada kontribusi macam-macam disiplin
seperti psikologi, sosiologi, epidemiologi, neuroanatomi, imunologi, nursing,
pekerja social dan banyak lagi yang lain. Topic-topik behavioral medicine
adalah mekanisme penyakit (seperti : peran stress atau tipe A pada penyakit
kardiovaskuler, kesabaran para pengambil keputusan, ketaatan, efektivitas
pendidikan kesehatan, efektifitas modifikasi perilaku yang kurang sehat,
efektifitas pengurangan secara langsung illness (asma, hipertensi, sakit
kepala, dll) dan perilaku kesakitan/ illness behavior pada tingkat individu dan
kelompok. Bagaimanapun, Gochan menentang bahwa behavior medicine menghadapi
ketegangan, stress atau kecemasan dan penyimpangan non fisik lain yang
mempunyai kaitan sangat penting dengan keseluruhan kesejahteraan individu,
hanya kalau hal tersebut berkaitan dengan gangguan fisik yang khusus. Penting
untuk dicatat adalah bahwa behavioral medicine akhir-akhir ini tidak hanya
menekankan integrasi dari ilmu perilaku (behaviorism dan teori belajar yang
murni, contohnya bio-feedback) dan ilmu biomedis dalam usaha – usaha perawatan
kesehatan. Perubahan konsep kesehatan, evolusi dalam perawatan kesehatan dan
evolusi lainnya, mengakibatkan penerapan psikologi yang baru dalam perawatan
kesehatan dan masyarakat yang berikutnya :Status kesehatan adalah keadaan kesehatan pada waktu tertentu. Karena
itu, status kesehatan tidak sama dengan perilaku kesehatan. Bagaimanapun,
menurut Cochman, persepsi seseorang terhadap status atau persepsi peningkatan,
kesembuhan atau perubahan lain pada status kesehatan adalah perilaku
kesehatan. E.FAKTOR RESIKO DAN FAKTOR
PROTEKTIF Faktor Resiko Dalam bidang kesehatan, konsep factor resiko (dan perilaku
beresiko, kelompok beresiko) merupakan konsep kunci dalam penelitian,
peningkatan teori serta pencegahan dan promosi kesehatan. Dulu, penggunaan
konsep resiko merupakan biomedis yang memantulkan perhatian akan hasil yang
merugikan yang berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas. Sebagai contoh,
hipertensi dan kolesterol berserum tinggi merupakan factor resiko bagi penyakit
kardiovaskuler. Akhir-akhir ini pencarian epidemiologi terhadap factor resiko
penyakit dan kesakitan, khususnya bagi penyakit kronis, telah berkembang
menjadi dua bidang baru lingkungan social dan perilaku. Komponen perilaku dapat
dilihat dalam dua aspek perkembangan penyakit. Pertama, perilaku mempengaruhi
factor resiko penyakit tertentu. Factor resiko adalah cirri-ciri kelompok
individu yang menunjuk mereka sebagai at high risk terhadap penyakit tertentu.
Sebagai contohnya, kelompok orang yang makan makanan dengan asam lemak yang
tinggi biasanya meningkatkan derajat kolesterol serum, factor resiko bagi
penyakit jantung koroner. Kedua, perilaku itu sendiri dapat berupa factor
resiko utama baik bagi penyakit jantung koroner maupun kanker paru karena
kemungkinan mendapatkan penyakit ini lebih besar pada perokok daripada orang
yang tidak merokok. Tinjauan pustaka menyangkal bahwa ada konsesus mengenai
beberapa perilaku beresiko yang menyolok. Kokeny menyebutkan diet, kegiatan fisik,
merokok dan penyalahgunaan minuman keras dan obat-obatan, resiko lingkungan
manusia dan resiko lingkungan. Psychosomatic medicine mulai memfokuskan diri
pada pendekatan-pendekatan dan teori-teori baru yang menyangkut hubungan antara
factor psikologis dan social, fungsi biologis dan psikologis, dan perkembangan
masalah penyakit. Definisi ini secara jelas memantulkan adanya kesadaran akan
pentingnya peran aspek-aspek psikologis dan perilaku di dalam perawatan
kesehatan, sebaik kebutuhan suatu disiplin yang mengintegrasikan riset dan
praktek perilaku di dalam perawatan medis. Walaupun paradigma dasarnya adalah
model medis, keistimewaan relevansi disiplin ini ada karakter
interdisiplinernya. Behavioral medicine, yang menghadapi kesehatan, kesakitan
dan disfungsinya yang berkaitan, bersandar pada kontribusi macam-macam disiplin
seperti psikologi, sosiologi, epidemiologi, neuroanatomi, imunologi, nursing,
pekerja social dan banyak lagi yang lain. Topic-topik behavioral medicine
adalah mekanisme penyakit (seperti : peran stress atau tipe A pada penyakit
kardiovaskuler, kesabaran para pengambil keputusan, ketaatan, efektivitas
pendidikan kesehatan, efektifitas modifikasi perilaku yang kurang sehat,
efektifitas pengurangan secara langsung illness (asma, hipertensi, sakit
kepala, dll) dan perilaku kesakitan/ illness behavior pada tingkat individu dan
kelompok. Bagaimanapun, Gochan menentang bahwa behavior medicine menghadapi
ketegangan, stress atau kecemasan dan penyimpangan non fisik lain yang
mempunyai kaitan sangat penting dengan keseluruhan kesejahteraan individu,
hanya kalau hal tersebut berkaitan dengan gangguan fisik yang khusus. Penting
untuk dicatat adalah bahwa behavioral medicine akhir-akhir ini tidak hanya
menekankan integrasi dari ilmu perilaku (behaviorism dan teori belajar yang
murni, contohnya bio-feedback) dan ilmu biomedis dalam usaha – usaha perawatan
kesehatan. Perubahan konsep kesehatan, evolusi dalam perawatan kesehatan dan
evolusi lainnya, mengakibatkan penerapan psikologi yang baru dalam perawatan
kesehatan dan masyarakat yang berikutnya :Status kesehatan adalah keadaan kesehatan pada waktu tertentu. Karena
itu, status kesehatan tidak sama dengan perilaku kesehatan. Bagaimanapun,
menurut Cochman, persepsi seseorang terhadap status atau persepsi peningkatan,
kesembuhan atau perubahan lain pada status kesehatan adalah perilaku
kesehatan. E.FAKTOR RESIKO DAN FAKTOR
PROTEKTIF Faktor Resiko Dalam bidang kesehatan, konsep factor resiko (dan perilaku
beresiko, kelompok beresiko) merupakan konsep kunci dalam penelitian,
peningkatan teori serta pencegahan dan promosi kesehatan. Dulu, penggunaan
konsep resiko merupakan biomedis yang memantulkan perhatian akan hasil yang
merugikan yang berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas. Sebagai contoh,
hipertensi dan kolesterol berserum tinggi merupakan factor resiko bagi penyakit
kardiovaskuler. Akhir-akhir ini pencarian epidemiologi terhadap factor resiko
penyakit dan kesakitan, khususnya bagi penyakit kronis, telah berkembang
menjadi dua bidang baru lingkungan social dan perilaku. Komponen perilaku dapat
dilihat dalam dua aspek perkembangan penyakit. Pertama, perilaku mempengaruhi
factor resiko penyakit tertentu. Factor resiko adalah cirri-ciri kelompok
individu yang menunjuk mereka sebagai at high risk terhadap penyakit tertentu.
Sebagai contohnya, kelompok orang yang makan makanan dengan asam lemak yang
tinggi biasanya meningkatkan derajat kolesterol serum, factor resiko bagi
penyakit jantung koroner. Kedua, perilaku itu sendiri dapat berupa factor
resiko utama baik bagi penyakit jantung koroner maupun kanker paru karena
kemungkinan mendapatkan penyakit ini lebih besar pada perokok daripada orang
yang tidak merokok. Tinjauan pustaka menyangkal bahwa ada konsesus mengenai
beberapa perilaku beresiko yang menyolok. Kokeny menyebutkan diet, kegiatan fisik,
merokok dan penyalahgunaan minuman keras dan obat-obatan, resiko lingkungan
manusia dan resiko lingkungan. Psychosomatic medicine mulai memfokuskan diri
pada pendekatan-pendekatan dan teori-teori baru yang menyangkut hubungan antara
factor psikologis dan social, fungsi biologis dan psikologis, dan perkembangan
masalah penyakit. Definisi ini secara jelas memantulkan adanya kesadaran akan
pentingnya peran aspek-aspek psikologis dan perilaku di dalam perawatan
kesehatan, sebaik kebutuhan suatu disiplin yang mengintegrasikan riset dan
praktek perilaku di dalam perawatan medis. Walaupun paradigma dasarnya adalah
model medis, keistimewaan relevansi disiplin ini ada karakter
interdisiplinernya. Behavioral medicine, yang menghadapi kesehatan, kesakitan
dan disfungsinya yang berkaitan, bersandar pada kontribusi macam-macam disiplin
seperti psikologi, sosiologi, epidemiologi, neuroanatomi, imunologi, nursing,
pekerja social dan banyak lagi yang lain. Topic-topik behavioral medicine
adalah mekanisme penyakit (seperti : peran stress atau tipe A pada penyakit
kardiovaskuler, kesabaran para pengambil keputusan, ketaatan, efektivitas
pendidikan kesehatan, efektifitas modifikasi perilaku yang kurang sehat,
efektifitas pengurangan secara langsung illness (asma, hipertensi, sakit
kepala, dll) dan perilaku kesakitan/ illness behavior pada tingkat individu dan
kelompok. Bagaimanapun, Gochan menentang bahwa behavior medicine menghadapi
ketegangan, stress atau kecemasan dan penyimpangan non fisik lain yang
mempunyai kaitan sangat penting dengan keseluruhan kesejahteraan individu,
hanya kalau hal tersebut berkaitan dengan gangguan fisik yang khusus. Penting
untuk dicatat adalah bahwa behavioral medicine akhir-akhir ini tidak hanya
menekankan integrasi dari ilmu perilaku (behaviorism dan teori belajar yang
murni, contohnya bio-feedback) dan ilmu biomedis dalam usaha – usaha perawatan
kesehatan. Perubahan konsep kesehatan, evolusi dalam perawatan kesehatan dan
evolusi lainnya, mengakibatkan penerapan psikologi yang baru dalam perawatan
kesehatan dan masyarakat yang berikutnya :Status kesehatan adalah keadaan kesehatan pada waktu tertentu. Karena
itu, status kesehatan tidak sama dengan perilaku kesehatan. Bagaimanapun,
menurut Cochman, persepsi seseorang terhadap status atau persepsi peningkatan,
kesembuhan atau perubahan lain pada status kesehatan adalah perilaku
kesehatan. E.FAKTOR RESIKO DAN FAKTOR
PROTEKTIF Faktor Resiko Dalam bidang kesehatan, konsep factor resiko (dan perilaku
beresiko, kelompok beresiko) merupakan konsep kunci dalam penelitian,
peningkatan teori serta pencegahan dan promosi kesehatan. Dulu, penggunaan
konsep resiko merupakan biomedis yang memantulkan perhatian akan hasil yang
merugikan yang berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas. Sebagai contoh,
hipertensi dan kolesterol berserum tinggi merupakan factor resiko bagi penyakit
kardiovaskuler. Akhir-akhir ini pencarian epidemiologi terhadap factor resiko
penyakit dan kesakitan, khususnya bagi penyakit kronis, telah berkembang
menjadi dua bidang baru lingkungan social dan perilaku. Komponen perilaku dapat
dilihat dalam dua aspek perkembangan penyakit. Pertama, perilaku mempengaruhi
factor resiko penyakit tertentu. Factor resiko adalah cirri-ciri kelompok
individu yang menunjuk mereka sebagai at high risk terhadap penyakit tertentu.
Sebagai contohnya, kelompok orang yang makan makanan dengan asam lemak yang
tinggi biasanya meningkatkan derajat kolesterol serum, factor resiko bagi
penyakit jantung koroner. Kedua, perilaku itu sendiri dapat berupa factor
resiko utama baik bagi penyakit jantung koroner maupun kanker paru karena
kemungkinan mendapatkan penyakit ini lebih besar pada perokok daripada orang
yang tidak merokok. Tinjauan pustaka menyangkal bahwa ada konsesus mengenai
beberapa perilaku beresiko yang menyolok. Kokeny menyebutkan diet, kegiatan fisik,
merokok dan penyalahgunaan minuman keras dan obat-obatan, resiko lingkungan
manusia dan resiko lingkungan. Psychosomatic medicine mulai memfokuskan diri
pada pendekatan-pendekatan dan teori-teori baru yang menyangkut hubungan antara
factor psikologis dan social, fungsi biologis dan psikologis, dan perkembangan
masalah penyakit. Definisi ini secara jelas memantulkan adanya kesadaran akan
pentingnya peran aspek-aspek psikologis dan perilaku di dalam perawatan
kesehatan, sebaik kebutuhan suatu disiplin yang mengintegrasikan riset dan
praktek perilaku di dalam perawatan medis. Walaupun paradigma dasarnya adalah
model medis, keistimewaan relevansi disiplin ini ada karakter
interdisiplinernya. Behavioral medicine, yang menghadapi kesehatan, kesakitan
dan disfungsinya yang berkaitan, bersandar pada kontribusi macam-macam disiplin
seperti psikologi, sosiologi, epidemiologi, neuroanatomi, imunologi, nursing,
pekerja social dan banyak lagi yang lain. Topic-topik behavioral medicine
adalah mekanisme penyakit (seperti : peran stress atau tipe A pada penyakit
kardiovaskuler, kesabaran para pengambil keputusan, ketaatan, efektivitas
pendidikan kesehatan, efektifitas modifikasi perilaku yang kurang sehat,
efektifitas pengurangan secara langsung illness (asma, hipertensi, sakit
kepala, dll) dan perilaku kesakitan/ illness behavior pada tingkat individu dan
kelompok. Bagaimanapun, Gochan menentang bahwa behavior medicine menghadapi
ketegangan, stress atau kecemasan dan penyimpangan non fisik lain yang
mempunyai kaitan sangat penting dengan keseluruhan kesejahteraan individu,
hanya kalau hal tersebut berkaitan dengan gangguan fisik yang khusus. Penting
untuk dicatat adalah bahwa behavioral medicine akhir-akhir ini tidak hanya
menekankan integrasi dari ilmu perilaku (behaviorism dan teori belajar yang
murni, contohnya bio-feedback) dan ilmu biomedis dalam usaha – usaha perawatan
kesehatan. Perubahan konsep kesehatan, evolusi dalam perawatan kesehatan dan
evolusi lainnya, mengakibatkan penerapan psikologi yang baru dalam perawatan
kesehatan dan masyarakat yang berikutnya : a. Pertama, psikologi cenderung menjadi lebih
terapan (tidak hanya akademis) b. Kedua, masalah yang penting dari kesehatan
(dan tidak hanya kesehatan mental), mempengaruhi sub disiplin psikologis, tidak
hanya klinis tetapi juga sebagai contoh psikologi organisasi (contohnya, stress
dan kesakitan dalam perusahaan).c. Faktor yang ketiga yaitu adanya
keberhasilan yang terbatas dari psikodiagnostik dan intervensi individual
(kuratif), dkebutuihan untuk pencegahan pada skala yang lebih besar (community
approach). Oleh karenanya, lebih banyak pengetahuan, penelitian dan ketrampilan
diperlukan untuk menyelidiki unsure penentu dasar perilaku3)Pendidikan individu tentang kesehatan
perorangan
#copasgakniat
BalasHapusokee
BalasHapus